Hari Raya Imlek, atau Tahun Baru Cina, adalah salah satu perayaan terpenting dalam budaya Tionghoa. Perayaan ini menandai dimulainya tahun baru berdasarkan kalender lunar Tionghoa dan biasanya jatuh pada akhir Januari atau awal Februari.
Asal Usul dan Makna
Imlek memiliki akar dalam tradisi agraris masyarakat Tionghoa kuno, yang merayakan pergantian musim sebagai tanda dimulainya masa panen. Selain itu, Imlek juga memiliki legenda seperti “Nian,” makhluk mitologi yang ditakuti masyarakat karena konon keluar pada malam Tahun Baru untuk menyerang desa. Untuk mengusir Nian, masyarakat menggunakan warna merah, lentera, dan petasan, yang kini menjadi simbol tradisional Imlek.
Tradisi dan Simbolisme
- Membersihkan Rumah
Sebelum Imlek, rumah dibersihkan secara menyeluruh untuk mengusir nasib buruk dan membuka jalan bagi keberuntungan di tahun baru. - Angpao
Orang yang sudah menikah memberi angpao (amplop merah berisi uang) kepada anak-anak dan orang yang belum menikah sebagai simbol doa untuk kebahagiaan dan kesejahteraan. - Kumpul Keluarga
Makan malam keluarga pada malam Tahun Baru adalah momen paling penting, sering kali menyajikan makanan khas seperti ikan (simbol keberuntungan) dan kue keranjang (simbol keharmonisan). - Dekorasi Merah
Warna merah mendominasi perayaan ini karena dipercaya membawa keberuntungan dan mengusir roh jahat. - Barongsai dan Liong
Pertunjukan tarian barongsai dan naga merupakan bagian dari perayaan untuk membawa keberuntungan dan menakut-nakuti roh jahat.
Shio dalam Kalender Lunar
Tiap tahun dalam kalender lunar Tionghoa dikaitkan dengan salah satu dari 12 shio, seperti tikus, naga, dan kuda. Shio ini diyakini memengaruhi karakteristik seseorang yang lahir pada tahun tersebut.
Meski berasal dari tradisi Tionghoa, Hari Raya Imlek kini dirayakan secara luas di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Perayaan ini menyampaikan pesan universal tentang kebersamaan, syukur, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.